IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DASAR
oleh: JUZNIA ANDRIANI
Sungguh suatu karunia bagi kami, pustakawan, dapat bergaul dengan siswa SD yang sering datang ke perpustakaan kami untuk melakukan kegiatan literasi pembelajaran di luar sekolah. PUSTAKA yang berlokasi di Jln. Juanda 20 Bogor sudah sangat familier bagi sekolah yang berada di sekitarnya. Dengan lokasi strategis di ring 1 depan Istana Bogor sangatlah mudah untuk didatangi. Siswa yang antusias datang menjadi semangat pula bagi kami untuk segera melayani. Kerjasama perpustakaan kami dengan beberapa SD memang sudah terjalin. Guru tinggal mengkomunikasikan apa materi yang akan diajarkan. Seperti halnya saat siswa akan belajar mengenai tanaman obat dan tanaman pangan, kami pustakawan menyiapkan segala kebutuhan pendukung pembelajaran. Koleksi PUSTAKA berupa buku, majalah dan CD sangat bermanfaat dalam mendukung pelaksanaan literasi informasi dengan sistem terpadu. Siswa merasa lebih senang belajar di tempat kami karena kami membebaskan siswa untuk berekspresi. Kondisi menonton film dengan duduk lesehan, ruangan yang ber AC rupanya menjadi selingan bagi mereka yang selama ini belajar dengan cara duduk mendengarkan guru memberikan materi. Buku- buku referensi yang kami sediakan berupa ensiklopedia dan buku cerita rupanya menarik bagi mereka. Siswa berkomentar bukunya bagus tidak membosankan, lebih enak dibaca dibanding membaca buku ajar/paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Pembelajaran di perpustakaan dengan siswa memang kegiatan yang menyenangkan. Banyak kejadian lucu saat pembelajaran literasi berlangsung. Banyak hal baru yang ditemui dan kadang celotehan mereka yang lugas terus terngiang.
Beberapa hal lucu sering terjadi saat pembelajaran.
“Sebutkan contoh tanaman obat ! “kata pustakawan.
“Betadin “ jawab siswa sigap sambil mengangkat tangan.
Jawaban yang membuat kami tertawa namun ada sedih juga karena masih minimnya perhatian siswa pada kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Kurangnya pembelajaran pada siswa mengenai manfaat dari suatu tumbuhan membuat siswa berpikiran bahwa semua tumbuhan yang ada di sekitar mereka tidak ada manfaatnya. Perhatian pada lingkungan menjadi kurang. Hal ini mendorong kami pustakawan untuk terus meningkatkan pembelajaran kepada siswa tentang manfaat suatu tanaman.
Kami memberi literasi dengan mengajarkan literatur yang berkaitan dengan tanaman obat, menambah pengetahuan dengan penayangan. Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa, kami berkreasi dengan menampilkan secara fisik jenis tanaman yang diajarkan. Beberapa contoh daun, bunga dan buah yang bermanfaat bagi kesehatan dijadikan sarana teka teki untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa tentang tanaman obat. Permainan edukatif dan tanya jawab santai kami lontarkan pada siswa. Untuk jenis tanaman buah kebanyakan siswa dapat menyebutkan dengan lancar. Mereka banyak tahu tentang buah import seperti kiwi, jeruk sunkist, apel Washington tapi kurang paham tentang buah lokal seperti kesemek, kuweni, kemang, kedondong. Saat ditanya tentang jenis sayuran banyak yang belum paham apa itu daun katuk, lobak, daun melinjo dan beberapa jenis sayuran indigenous asli Indonesia. Siswa dengan lancar menyebutkan berbagai jenis sayuran dan buah. Namun saat ditunjukkan fisik dari tanaman yang disebutkan mereka masih banyak salah. Tanaman jenis sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong sudah dikenal baik, namun mereka masih bingung saat ditunjukkan sawi, kol, selada mereka masih tertukar dalam penyebutannya. Sayuran yang kurang dikenal oleh siswa diantaranya daun katuk, paria, paprika. Untuk jenis sayuran cabe, mereka heran ternyata jenis cabe beragam. Saat dikenalkan fisik tanaman obat, mereka bingung semua. Hampir semua tidak dapat membedakan mana lengkuas, jahe dan kunyit. Saat diberikan beberapa macam jenis jeruk mereka juga bingung ternyata jeruk bermacam macam ada jeruk nipis, limau, keprok. Teknik pembelajaran dengan memadukan audio visual, contoh konkret dan informasi yang relevan sangat memudahkan siswa belajar lebih detail. Cara membedakan lengkuas dan kunyit dapat digunakan cara dengan mencium baunya , membelah dan melihat warnanya. Hal ini dipraktekkan setelah menonton audio visualnya dan dicocokkan dengan literatur yang tersedia.
Literasi kepada siswa tentang tanaman obat membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi permasalahan yang ada di hadapan mereka. Dengan tambahan pengetahuan siswa diharapkan dapat memecahkan masalah apabila menemukan kejadian yang membutuhkan pertolongan/pengobatan ringan dengan memanfaatkan tanaman obat di sekitar.
Literasi bagi siswa SD kami berikan juga dalam bentuk mendongeng. Untuk menambah keterampilan kami mendongeng, kami pustakawan belajar kepada pendongeng profesional agar dapat menerapkan teknik mendongeng dengan baik. Kami terus berupaya menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak sehingga betah dan tertarik pada topik yang didongengkan. Mengemas dongeng menjadi edukatif diselingi dengan tanya jawab dan permainan telah menggugah minat anak untuk tertarik pada dongeng. Sebagai contoh, dongeng tentang dewi padi, Dewi Sri, merupakan salah satu contoh literasi kepada anak untuk belajar lebih detail mengenai padi. Disebutkan bahwa Dewi Sri adalah dewi dari semua padi. Dia akan berterima kasih pada petani karena telah merawat mereka dengan baik sehingga petani mendapat hasil panen yang berlimpah. Sebaliknya Dewi Sri akan menangis bila ada anak yang tidak suka menghabiskan nasi yang telah dibuat dengan susah payah. Bayangkan mulai proses dari bentuk padi menjadi gabah menjadi beras baru ditanak menjadi nasi tapi ternyata mereka dibuang tidak dimakan.
“ Rumit sekali ya untuk menjadi nasi yang siap dimakan” begitu komentar salah seorang siswa. Dari komentar tersebut terlihat nilai moral telah masuk, membekas dan menimbulkan rasa empati pada petani dan rasa sayang untuk membuang makanan.
Dongeng juga menggambarkan etos kerja petani, semangat kerja keras, selalu berusaha serta siap menanggung resiko, prinsip menabung dan gotong royong. Bagaimana petani menyimpan padi di lumbung dan memberi sumbangan pada masyarakat yang memerlukan atau sebagai simpanan saat paceklik.
Beberapa pengetahuan baru atau kosa kata dalam penyampaian dongeng telah diterima oleh siswa. Saat ditanyakan pada siswa apakah mereka tahu merang atau jerami. Hampir semua siswa tidak dapat menjawab. Disinilah pustakawan mulai beraksi dengan membawa fisik merang dan menerangkan manfaat “merang” atau sisa batang padi yang dapat dipakai untuk keramas dan juga untuk dibuat sapu di pedesaan. Tanpa disadari siswa telah belajar juga tentang kearifan lokal mengenai manfaat dari suatu tanaman yang ramah lingkungan.
Saat kegiatan mendongeng berlangsung, tak jarang siswa langsung bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya. Siswa bingung apa bedanya gabah sama beras. Kembali pustakawan beraksi dengan membiarkan siswa memegang dan mengamati gabah dan beras.
Contoh pembelajaran yang diterapkan di perpustakaan kami dinilai siswa dan guru sangat bermanfaat dan menjadi alternatif belajar literasi di luar sekolah. Beberapa manfaat yang diperoleh dari pembelajaran di perpustakaan kami :
1. Siswa mendapat suasana belajar yang baru, berbeda dengan keseharian di sekolah
2. Pembelajaran melalui sistem tatap muka, buku referens yang lengkap, serta pembelajaran dengan audio visual menambah pengetahuan siswa dan dapat saling melengkapi.
3. Membawa objek atau materi benda langsung kepada siswa membuat siswa makin paham dan lebih tahu secara detail tentang objek tersebut baik itu bentuk, bau dan rasa.
Mari kita gerakkan literasi bagi siswa sekolah dasar dengan menjalin kerjasama dengan perpustakaan yang ada di lingkungan sekitar. Manfaatkan layanan perpustakaan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan siswa sehingga mereka dapat lebih arif dalam bertindak.
Posting Komentar
Posting Komentar